ESG Club Chapter #1 : Trend dan Tantangan ESG di Indonesia
Pada 20 Juni 2025, NICE Indonesia bekerja sama dengan Dunecrest dari Inggris dan TellUs Report dari Malaysia, menginisiasi bermulanya ESG Club Monthly Discussion, ini adalah sebuah forum diskusi lintas sektor yang dihadirkan secara rutin sebagai wadah berbagi praktik baik, refleksi kebijakan, dan kolaborasi multipihak dalam implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG). Kegiatan ini diikuti oleh pelaku usaha, akademisi, pemerintah, dan masyarakat sipil yang memiliki perhatian terhadap agenda keberlanjutan nasional. Forum diskusi ini menghadirkan partisipasi aktif dari perwakilan korporasi besar seperti Pertamina, PTPN, dan MRT Jakarta; pemerintah melalui Kementerian ESDM; lembaga akademik seperti IPB-ICANN dan IESA; serta organisasi masyarakat sipil, termasuk Edufarmers dan Citiasia. Diskusi berlangsung dinamis, membahas praktik, inovasi, tantangan, serta peluang kolaborasi dalam memperkuat ekosistem ESG di Indonesia.
Salah satu isu strategis yang mencuat adalah masih terfragmentasinya kebijakan ESG di tingkat nasional. Para peserta menyoroti bagaimana perbedaan standar dan kebijakan lintas sektor sering menyulitkan pelaku usaha untuk menyusun roadmap keberlanjutan yang terintegrasi dan efisien. Hal ini menjadi tantangan tersendiri di sektor energi, transportasi, dan agribisnis yang saat ini menjadi fokus transisi menuju net zero emission. Pertamina, dalam paparannya, menjelaskan upaya mengintegrasikan target Nationally Determined Contribution (NDC) ke dalam kebijakan perusahaan, termasuk strategi transisi energi terbarukan dan efisiensi energi. Meski demikian, koordinasi antar lembaga dan mekanisme integrasi dengan pihak seperti PLN disebut masih menjadi tantangan. Sementara PTPN mengangkat hambatan regulasi pada sektor nature-based solutions, di mana program-program berbasis hutan dan perkebunan membutuhkan kerangka kebijakan yang lebih jelas dan mendukung. MRT Jakarta membagikan pengalaman dalam mengelola green supply chain, yang menjadi mandat dalam pengembangan infrastruktur transportasi publik. Salah satu inisiatif konkret adalah penanaman 300.000 pohon sebagai kompensasi atas pembangunan fase kedua MRT. Program ini menggambarkan upaya konkret transportasi publik dalam mendukung dekarbonisasi, meskipun diakui bahwa pembiayaan dan sertifikasi green supply chain masih menjadi tantangan utama.
Diskusi juga menyoroti pentingnya kolaborasi multipihak untuk mempercepat capaian ESG nasional. Para peserta sepakat bahwa kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil harus diperkuat melalui platform yang nyata dan terstruktur. Minimnya ruang koordinasi dan kolaborasi saat ini dinilai menjadi salah satu penyebab lambatnya kemajuan implementasi ESG di Indonesia. Inovasi berbasis komunitas menjadi salah satu highlight diskusi. Edufarmers dan IPB-ICANN menampilkan model nature-based solutions yang berbasis konservasi mangrove, peatland, dan penguatan petani lokal sebagai langkah adaptasi perubahan iklim sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat. Citiasia menyoroti peluang integrasi ESG dalam program smart city, terutama dalam mendukung dekarbonisasi di tingkat daerah melalui pengelolaan sampah, efisiensi energi, dan optimalisasi transportasi. Tantangan literasi ESG di level organisasi dan masyarakat menjadi refleksi penting dalam diskusi ini. Banyak pihak mengakui bahwa ESG saat ini masih kerap dipandang sebagai sekadar kewajiban administratif atau kepatuhan formal, bukan sebagai kerangka strategis untuk menciptakan nilai jangka panjang. Hal ini mendorong rekomendasi agar literasi ESG diperkuat melalui pendidikan, advokasi, dan peningkatan kapasitas teknis di bidang pelaporan, penghitungan emisi, serta penyusunan roadmap keberlanjutan. Forum ini merekomendasikan keberlanjutan ESG Club Monthly Discussion sebagai ruang belajar bersama sekaligus inkubator gagasan kolaborasi. ESG Club ini adalah upaya yang dilakukan oleh NICE Indonesia untuk mendorong terbentuknya community of practice yang bukan hanya menjadi wadah untuk saling berbagi, melainkan juga sebagai wahana untuk mengakumulasi praktik baik dalam produk pengetahuan yang relevan.
Sesi-sesi ESG Club berikutnya menawarkan peluang berharga untuk mendalami dinamika ESG di Indonesia melalui lensa praktisi, akademisi, dan pengambil kebijakan. Dengan menghadiri forum ini, pembaca diajak tidak hanya untuk memahami teori keberlanjutan, tetapi juga menyelami praktik konkret serta tantangan riil yang dihadapi berbagai sektor. Ini saatnya menjadi bagian dari komunitas pembelajar yang berorientasi pada aksi.
Tags
Join Our Newsletter
Join our email list to get new updates and inspirations for free.